Sebelumnya, perkenalkan nama saya Ayu Damelia Putri.
Lahir di Bandar Lampung pada tanggal 24 Januari 1994 berarti saat ini saya baru
saja merayakan ulang tahun yang ke 20. Saya adalah anak pertama dari dua
bersaudara dari pasangan Ladam Zed dan Gusliana, adik saya perempuan dan dia
sangat-amat talk active sehingga kadang-kadang bikin kesel gara-gara banyak
ngomong sama banyak tanya ditambah lagi saya adalah seorang kakak yang mudah
terpancing emosinya (hehe...). oh iya adik perempuan saya itu masih sekolah
kelas 8 di SMPN 5 Bandung ia bernama Mentari Salsa Nabila. Nama kami berdua
memiliki filosofinya juga, nama Mentari dicetuskan oleh papah yang terinspirasi
dari lirik lagu Iwan Fals yang kurang lebih begini “.....bila mentari bersinar
lagi....” , beliau memang penggila Iwan Fals dari sejak bujang. Kemudian Salsa
Nabila diambil dari nama yang sedang ngetrend pada saat tahun 2000 waktu itu.
Namun, diantara kami nama saya lah yang paling bermakna, Ayu yaitu dalam bahasa
jawa berarti cantik, Damelia yaitu Ladam dan Lia, Putri yaitu anak perempuan.
Jadi pengertiannya adalah anak perempuan Ladam dan Lia yang cantik. Bagus kan?
Saya sangat bersyukur sekali karena saya telah
dilahirkan ditengah keluarga ini. keluarga yang saling melengkapi, saya
memiliki Ayah yang tempramental, tegas, berprinsip, dan keras namun saya juga
memiliki ibu yang sabar, tabah, ikhlas, pemaaf, dan berkepala dingin. Didalam
keluarga ini pula saya menemukan kelengkapan dengan adik saya, kalau masalah
prestasi dan membuat orang tua bangga dia yang kadang mengcover saya. Dia
memang memiliki tingkat kecerdasan superior tapi kalau dirumah pemalasnya minta
ampun jarang mau bantu-bantu pekerjaan mamah, nah disini lah peran saya untuk
melengkapinya. Tapi karena jiwa kompetitif saya tinggi saya tidak ingin kalah
saing sama adik saya, jadi saya juga selalu berusaha keras untuk membanggakan
orang tua saya terutama dalam hal akademik walaupun belum mendapatkan hasil
yang maksimal tetapi saya tidak akan menyerah untuk mencapai goal.
Bicara soal jiwa kompetitif, memang sudah genetik..
saya memang dilahirkan ditengah batu karang. Keluarga besar saya adalah
orang-orang kompeten, makanya saya bilang saya adalah orang yang beruntung
dilahirkan sebagai seorang Ayu Damelia Putri. Walaupun papah saya bukan seorang
sarjana, tetapi ilmunya tidak kalah saing dengan orang yang sekolah tinggi.
Papah saya adalah orang yang terlahir dari keluarga yang berfikir rasional dan
sesuai logika, kata papah saya “dunia ini kejam, tidak mengenal perasaan.
Makanya jadilah orang pintar agar kamu bisa hidup” hal itulah yang diterapkan
Beliau kepada saya. Satu-satunya cara agar saya tidak kalah dengan persaingan
yang ketat didunia ini menurut beliau saya harus banyak membaca, “baca lah
apapun, semua yang dibaca itu adalah ilmu pengetahuan walau Cuma bungkus es
krim”. Awalnya saya agak sulit untuk mengerti maksud papah saya. Tapi semakin
saya dewasa ternyata memang saya semakin merasa kecil karena ilmu dan wawasan
saya sangat sedikit. Akhirnya, saya mulai membuka-buka buku walaupun masih
mengikuti mood namun setidaknya saya menjadi peka dengan tulisan. Setiap ada
tulisan apapun sedikitnya saya baca.
Saya bakat di olahraga karate, saya merasa sangat
senang dengan karate dan saya merasa hidup jika saya membayangkan bagaimana
rasanya berada di lapangan pertandingan. Tetapi, pencapaian prestasi saya harus
distop saat kelas 3 smp karena saya dipaksa fokus untuk Ujian Nasional, saat
itu saya baru meraih 1 piala juara 2 kejuaraan karate tingkat Jawa Barat. Saya
sangat marah sekali dengan papah saya waktu itu dan sempat hampir bunuh diri
karena dilarang untuk pergi latihan karate. Saya tidak melanjutkan karate pada
waktu SMA karena saya sudah memiliki kesibukan sendiri dan semangat
berkaratenya sudah hilang karena sudah ketinggalan ilmu jauh dengan teman-teman
seangkatan saya. Namun, sampai saat ini ketertarikan saya dengan olah raga
karate masih sangat tinggi.
Sifat jelek saya ialah tidak teguh pendirian, sampai
sebesar ini saya masih suka terpengaruh dengan orang-orang, beruntung jika
orang-orang mempengaruhi saya dengan hal-hal yang positif tapi kadang saya
terpengaruh dengan hal-hal negatif yang akhirnya merugikan diri sendiri. Tapi,
saat ini saya lebih sering mendengarkan nasehat papah saya dan saya coba
aplikasikan kedalam kehidupan saya. Alhamdulillah, sekarang saya mulai
merasakan sedikit-sedikit perubahan yang lebih baik walaupun belum ada orang
yang menyadari.
Kebiasaan saya sebelum tidur adalah baca komik/novel
sampai ketiduran tapi terkadang juga saya sering mengkhayal. Saya sering mengkhayal
tentang banyak hal seperti bagaimana cara orang tua beli rumah, sofa, kompor,
kasur, dll kemudian kenapa saya harus menjadi saya, kenapa ga jadi orang lain
saja kenapa mesti saya, agak lucu memang pemikiran-pemikiran saya sebelum
tidur. Namun juga tidak jarang saya memikirkan planning masa depan saya,
seperti saya ingin nanti menikah dengan seorang dokter. Kemudian juga saya
membayangkan jika saya berhasil mewujudkan cita-cita saya sebagai seorang
politikus. Saya memang bercita-cita menjadi seorang yang mewakili suara-suara
orang banyak. Tetapi kadang saya sering berkecil hati karena saya sangat tahu
betul bahwa menjadi seorang pemimpin itu harus memiliki rasa tanggung jawab
yang besar dan jika melihat diri saya yang sekarang saya merasa sama sekali bukan
kriteria seorang pemimpin bahkan berbicara didepan kelas saja saya masih sering
gugup.
Ceroboh adalah sifat saya dari kecil, rutinitas saya
setiap pulang sekolah adalah luka atau rok yang sobek karena jatuh. Entah ada
yang tidak beres dengan keseimbangan tubuh saya atau bagaimana tapi sifat
ceroboh itu tidak bisa dihilangkan sejak kecil hingga sekarang.Tapi, saya ini
salah satu orang yang extrovert. Saya tidak merasa risih untuk membuka diri
dengan orang atau lingkungan baru. Saya senang berada dilingkungan baru karena
lingkungannya masih segar, belum ada polemik dan pergesekan.
Begitu lah sedikitnya tentang saya mudah-mudahan yang
baik-baiknya dapat menginspirasi dan yang buruknya dapat diberi kritik
motivasi. Terimakasih banyak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar